Friday, July 25, 2008

Ramadan Di Maroko

Oleh : Syariful Hidayat

Sekalipun Sebagai sebuah negara islam yang system negaranya kerajaan, barangkali Maroko tidak dapat dipandang sebelah mata didalam menyambut bulan Ramadan yang suci ini. Karena barangkali ketika mendengar Maroko yang konon negara islam dan system negaranya kerjaan, maka kita akan menyamakan ritual ramadannya persis seperti di Saudi misalnya, atau di negara arab islam lainnya yang juga memiliki system pemerintahan kerjaan.

Kenyataannnya tidaklah demikian, sebab likulli baladin mumayyizaatuh, setiap negara itu memiliki daya tarik tersendiri yang dapat membedakan satu negara dengan negara lainnya dan salah satunya adalah bagaimana rakyat Maroko menyambut dan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan 1428 H ini.

Puasa Ramadan di Maroko dimulai pada terbitnya fajar pukul 04.30 sampai terbenamnya matahari pukul 18.30, artinya puasa Ramadan untuk tahun ini lumayan lebih panjang disbanding beberapa tahun yang lalu, karena kebetulan di Maroko sedang memasuki musim gugur, sehingga waktu puasa adalah empat belas jam. Wow… sebuah masa yang cukup panjang untuk menahan haus dan dahaga. Bahkan, untuk tahun depan dan setahun kemudian, puasa Ramadan di Maroko akan dilaksanakan persis pada musim di mana pantai dan tempat-tempat pariwisata dihuni oleh banyak wisatawan dari manca negara, tentunya hal ini menjadi pemandangan dan sejarah tersendiri bagi masyarakat maroko kelak.

Di dalam menjalankan ibadah puasa, terlihat sangat jelas betapa masyarakat maroko antusias untuk dapat menjalankan dan memanfaatkan moment yang di dalamnya terdapat rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka, baik dari kalangan pemudanya, apalagi yang sudah berkeluarga, sebab bagi mereka, pernikahan adalah sebuah batas kehidupan yang dapat memberikan perubahan kereligiusan signifikan bagi setiap individu, sehingga manakala sebuah individu Maroko sudah berkeluarga, maka, daya dan usaha keberagamaannya semakin kental dan mengakar, sementara masa remaja adalah masa di mana kebebasan cenderung lebih menonjol.

Kenyataan bahwa masyarakat Maroko sangat antusias di dalam menjalankan ibadah puasa tidak hanya dapat dilihat dari individu-individu di dalam keluarga, melainkan kenyataan itu nampak pula di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta api, terminal bus dan tempat lainnya. Seperti di jalan misalnya, kita akan melihat bahwa masa buka puasa nyaris tidak ada satu pun mobil atau motor yang kedengaran sampai pada menjelang dilaksanakannya shalat tarawih dan setelahnya.

Maroko yang terkenal dengan julukan negara seribu kafe pun juga demikian. Kebiasaan nongkrong dan minum di kafe dalam waktu yang sangat lama tentunya tidak lagi menjadi pemandangan keseharian, karena pada bulan suci ini, seluruh kafe tutup pada siang hari dan kembali buka menjelang masa buka puasa. Tentunya hal ini menjadi sejarah tersendiri bagi masyarakat Maroko, bahwa bulan suci Ramadan adalah bulan di mana bagi setiap muslim harus memanfaatkannya sekalipun hanya disiang hari, karena ketika jam kafe buka, justru kafe semakin padat dan rame.

Setengah jam menjelang buka puasa, keramaian di jalan semakin surut dan menyurut serta semakin surut setelah dung,.. dung…dung… tiba waktu buka puasa… akhirnya harirah dan syebakia yang menjadi santapan wajib di seluruh maroko pun siap disantap, diiringi dengan milwi dan harsa. Tak ketinggalan telur rebus yang dimakan dengan garam dan keimonnya…. Wow sungguh sangat luar biasa…sementara telur mata sapi yang berenang di minyak zaitun ada di sebelah kanan meja, roti dan zubdah pun siap disandingkan dengan teh nak-nak yang hangat nan merindukan… oooo ya illahi memang sungguh nikmat menjadi hamba-Mu ini, namun kalau tak salah sebelum buka puasa tadi kita lupa memanjatkan doa sebagai bukti syukur kami pada Mu yaa tuhan yang Maha Suci…

Sekalipun datangnya masa buka puasa tidak diiringi dengan bedug yang menjadi tradisi bagi islam di Indonesia, namun santapan buka puasa itu pun tetap bisa habis juga, bahkan justru karena tidak ada penanda datangnya masa buka puasa kecuali dengan adzan itulah yang kadang mememunculkan spekulasi antara kawan sendiri dan antara individu di keluarga, itu pun ditambah lagi dengan suara adzan yang khas dengan lantunan Andalusia yang muadzinnya adalah para sesepuh-sesepuh di setiap desa yang dipercaya oleh Raja untuk menjadi ta'mir masjid dan medapatkan gaji darinya. Unik dan asyik barangkali itulah yang membuat masyarakat Indonesia betah untuk menjalankan Ramadan di maroko sekalipun pada musim panas nantinya.

Ya… hidangan Maroko pada bulan puasa inilah yang memberikan nilai unik dari negara-negara lainnya, bagaimana tidak, kalau hariroh (sejenis kolak kalau di Indonesia) disandingkan dengan syebakiyah (roti yang adonannya banyak dari unsure gula), maka konseetrasi akan tetap tertuju padanya dan antusias untuk menyantap hariroh + syebakiyah inilah yang justru menarik kaum muda untuk selalu berpuasa dan berpuasa. Najlaa Aissaoui, 25 tahun, salah satu kawan cewek di bangku kuliah mengatakan "kalau tidak ada hariroh, seakan saya belum buka puasa". Di sini barangkali nilai positif dari masyarakat Maroko, bahwa mereka sangat menjaga nilai adat nenek moyangnya, bahkan tidak hanya menjaga, melainkan menjadi darah dagingnya.

Selain hariroh dan syebakiyah, terdapat pula makanan khas bagi masyarakat, yaitu cous-cous, hidangan yang disantap setiap hari jum'at dan pada hari-hari istimewa.

Selesai berbuka, shalat maghrib dan menunggu sampai datangnya sholat isya' plus tarawih 8 rakaat pertama dan menjelang sholat shubuh dilanjutkan sholat tarawih dan sholat witir.

Usai sholat isya dan tarawih pertama, di Maroko tidak ada adat tadarus bersama di masjid-masjid atau pun di mushola-mushola, bahkan di Maroko nyaris tidak ada kegiatan keberagaan yang sifatnya kolosal pada bulan suci Ramadan ini kecuali menjelang datangnya waktu buka puasa, itupun kegiatan yang hanya diadakan oleh kerajaan yang disebut dengan pengajian Durus Hasaniah, yaitu sebuah pengajian bersejarah yang diadakan oleh raja-raja di Maroko sejak pemerintahan Raja Hasan II yang diadakan pada setiap bulan Ramadan. Pengajian ini memiliki nilai yang lebih karena pertama, dihadiri oleh raja, kedua, muballighnya dari berbagai negara dan ketiga, tamunya adalah tamu istimewa, terdiri dari para pembesar kerajaan, para duta besar dan kalangan alim-ulama.

No comments: